PERISTIWA KESYAHIDAN IMAM ALI AS

PERISTIWA KESYAHIDAN IMAM ALI AS

2 – Muhammad bin Aisyah mengatakan: Saya menukil kisah itu sebagaimana yang telah saya dengar dari Abdullah Hazim, tetapi hatiku tidak mempercayainya dan menganggapnya cerita itu sebuah dongeng. Sampai pada suatu tahun saya menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Disana saya berjumpa dengan Sarban Rasyid. Setelah Thawaf kami duduk di sebuah pojokan dan membicarakan tentang segala sesuatu. Pembicaraan kami sampai kesebuah kisah bahwa pada suatu malam dimana kami kembali dari Mekah dan beristirahat di Kufah. Harun berkata kepadaku: Wahai Yasir, katakan kepada Isa bin Jakfar untuk ikut bersama kami. Kamipun ikut bersamanya sampai tiba di Gharyain. Isa tidur, tetapi Harun pergi ke sebuah gundukan dan melaksanakan shalat. Setelah mengahiri shalat dengan salam, dia memanjatkan doa dan menangis dan mengusapkan wajahnya ke gundukan tersebut. Kemudian dia berkata: Wahai putra paman, Aku bersumpak kepada Allah yang maha besar, aku mengetahui kebesaran dan keutamaanmu dan aku menyadari bahwa dirimu lebih dahulu menerima Islam dari semua orang. Dan aku mendapatkan posisi sekarang ini karena berkahmu. Tetapi anak-anakmu menggangguku dan mengumumkan perang terhadapku. Kemudia ia melaksanakan shalat kembali, setelah selesai shalat ia kembali dan mengulangi mengucapkan kata-kata tersebut dan menangis. Ia berada dalam keadaan tersebut sampat dini hari dan memerintahkanku untuk membangukan Isa. Ketika Isa telah bangun, ia berkata kepadanya: bangunlah dan laksanakan shalat disamping putra pamanmu. Isa bertanya: putra paman yang mana yang layak? Harun berkata: makam Ali bin Abi Thalib as. Isa mengambil wudhu dan melaksanakan shalat. Mereka senantiasa dalam keadaan shalat sampai terbit fajar.

KETERANGAN IBNU BATHUTHAH TENTANG HARAM IMAM ALI AS YANG SUCI.

BACA JUGA:  PERISTIWA KESYAHIDAN IMAM RIDHA AS DAN SEBAB-SEBABNYA

Muhammad bin Bathuthah (Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Abdullah Thabkhi, wafat pada tahun 779 hijriah di Maroko. Di dalam catatan perjalanannya yang diberi nama Tahafatun Nuzhar Fi Gharaibul Amshar. Ia menuntaskan tulisan tersebut pada tahun756 Hijriah. Di dalam kisah kembalinya dari Mekah ke Najaf Asyraf, ia menulis tentang haram (makam) imam Ali as:

Pintu Haram senantiasa terbuka langsung ke sebuah sekolah agama (hauzah ilmiah) yang besar, dimana di hauzah tersebut tinggal para pelajar, ulama dan orang-orang arif serta tokoh-tokoh Syiah. Setiap orang yang memasuki hauzah tersebut, selama tiga hari akan menjadi tamu. Dan akan dijamu dengan roti, daging dan kurma sehari dua kali. Dan dari hauzah ilmiah itu satu pintu terbuka langsung menuju ke haram (makam imam Ali as) dimana di sisi pintu tersebut terdapat penjaga pintu dan abdi-abdi haram sertap para pengurus haram. Ketika ada penziarah memasuki haram, salah seorang pengurus haram –atau semua sesuai dengan jumlah penziarah yang datang- maju dan berdiri di dekat pintu dan memintakan ijin masuk untuk para penziarah; mereka membaca:

…..عن امركم يا امير المؤمنيىن هذا العبد الضعيف يستاذن على دخوله للروضة العلية 

Dengan kehendakmu ya Amiral mukminin, hamba yang lemah ini memohon ijin untuk memasuki harammu yang mulia…..

Kemudian mereka menyuruh penziarah untuk mencium (bertabarruk) keharam yang terbuat dari perak begitu juga mereka menyarankan bertabaruk dengan pintu haram. Dan kemudia penziarah memasuki haram sampai ke zharih.

Di Dalam haram telah terhampar berbagai Permadani dari sutra dan lain sebagainya. Dan tergantung berbagai hiasan dari emas dan perak, besar dan kecil. Dan di tengah-tengah kubah terdapat Zharih segi empat yang ditutup dengan kayu, dan di atasnya papan-papan dari emas tersambung dan dipaku kuat terbuat dari perak dimana seluruh permukaan kayu tersebut tertutup oleh perak sedemikian rupa sehingga kayu-kayu itu tak terlihat.

BACA JUGA:  KEUTAMAAN AMIRUL MUKMININ ALI as

Ketinggian Zharih tidak lebih dari tinggi manusia. Dan di dalam Zharih tersebut terdapat tiga kuburan yang diyakini salah satu dari ketiga kuburan itu adalah kuburan nabi Adam as, yang kedua adalah makam nabi Nuh as, dan yang ketiga adalah makam hadhrat Ali as. Diantara makam-makam itu terdapat baskom yang terbuat dari emas dan perak. Didalamnya dituangi air bunga dan berbagai wewangian. Para penziara memasukkan tangannya kedalam baskom tersebut dan mengusapkan kewajahnya sebagai tabarruk.

Kubah suci tersebut memiliki pintu lain dimana daun pintunya terbuat dari perak dan dipintu tersebut digantung sebuah tirai yang terbuat dari sutra berwarna warni. Pintu tersebut terbuka menuju ke sebuah masjid dimana di dalam masjid tersebut telah terhampar permadani-permadani yang  indah dan dinding-dindingnya serta langit-langitnya tertutup oleh tirai yang terbuat dari sutra. Masjid itu memiliki enpat pintu dimana balkonnya dihiasi dengan perak dan tirai kain yang terbuat dari sutra terbantung di pintunya.[7]

Penduduk kota Najaf semua bermadzhab Syiah. Dan di Haram ini sering terjadi keramat dan keajaiban. Dengan terjadinya keramat-keramat di haram ini, orang-orang Syiah yakin bahwa haram ini adalah haram Amirul Mukminin Ali as.

Salah satu dari keramat itu adalah: pada malam 27 Rajab dimana dikalangan orang-orang Syiah dikenal dengan nama “Lailatul Mahya” (malam yang dihidupkan), banyak orang sakit parah dari berbagai kota, Kufah, Bashrah, Fars (Iran), dan Rum dibawa ke haram imam Ali as, dimana jumlah mereka mencapai sekita tiga puluh atau empat puluh orang. Dan di penghujung malam, mereka diletakkan di sisi Zharih. Dan penduduk menunggu orang-orang yang sakit itu mendapatkan Syafaat sambil membaca al-Quran, doa-doa dan melaksanakan shalat. Ketika malam telah mecampai pertengahan atau dua pertiga malam, Semua orang-orang yang sedang menderita sakit itu bangkit dalam keadaan sehat sentosa dan tanpa keluhan sedikitpun. Dan semua serentak mengucapkan:

BACA JUGA:  KISAH SAIYIDUS SAJIDIN IMAM ZAINUL ABIDIN AS

لا اله الا الله محمد الرسول الله علي ولي الله

 “Tiada sesembahan selain Allah swt dan Muhammad adalah Rasulullah dan Ali as adalah waliyullah”.

Keramat ini sangat terkanal di kalangan orang-orang Syiah. Dan saya mendengar kisah ini dari orang terpercaya di kalangan mereka. Tetapi saya sendiri tidak ada pada saat itu. Dan di madrasah yang menjamu tamu selama tiga hari itu saya melihat tiga orang sakit parah yang satu adalan dari Rum, satu lagi dari Esfahan dan satu lagi dari Khurasan. Saya menanyakan keadaan mereka. Dan mereka mengatakan: Mereka tidak mendapatkan malam Mahya (malam 27 Rajab) dan menunggu malam Mahya tahun depan. Pada malam-malam semacam ini masyarakat berkumpul dan mendatangi serta berziarah ke haram imam Ali as. Dan penduduk Najaf pada hari-hari itu selama sepuluh hari mengadakan bazar besar-besaran untuk berjual beli.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Copyright © 2019, Mulla Shadra Hasan Abu Ammar ra