بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد و عجل فرجهم
Dikisahkan, pada suatu hari seorang sahabat bernama “Harits” sedang berjalan bersama Amirul mukminin Ali (alaihi salam). Lalu terdengar suara lonceng gereja. Kemudian Imam Ali (alaihi salam) berkata kepada Harits: “Apakah engkau tahu makna bunyi lonceng gereja tersebut?”
Harits mengatakan: “Allah, Rasul dan washinya yang mengetahui. Wahai Amirul mukminin, apa gerangan makna bunyi lonceng tersebut?”
Imam Ali (alaihi salam) mengatakan: “Dia sedang mengabarkan tentang kondisi dunia dan kerusakan dunia ini.”
Lalu Imam as membacakan syair berikut (Dibaca seiring dengan dentangan lonceng gereja):
لاإله إلا الله حقا حقا صدقا صدقا
Tiada tuhan selain Allah, Dialah Tuhan Yang Haq, Dialah Tuhan Yang Benar.
إن الدنيا قدغرتنا وشغلتنا واستهوتنا واستغوتنا
Sesungguhnya dunia telah menipu kami, membohongi kami, menyibukkan kami, mempermainkan kami dan memperdaya kami.
يا ابن الدنيا مهلا مهلا يا ابن الدنيا دقا دقا يا ابن الدنيا جمعا جمعا
Wahai anak dunia… berhentilah-berhentilah (berilah waktu), wahai anak dunia… perhatikanlah kehancuran ini, Wahai anak dunia… Janganlah sibuk mengumpulkan isi-isi dunia ini.
تفني الدنيا قرنا قرنا
Dunia ini sirna dari tahun ke tahun (zaman ke zaman).
ما من يوم يمضي عنا إلاأوهن [أوهي ]منا ركنا
Tiada hari yang terlewatkan dari kita kecuali dia merusak pondasi-pondasi kita
قدضيعنا دارا تبقي واستوطنا دارا تفني
Kita telah menghancurkan rumah kita yang abadi (akherat) dan menjadikan rumah yang fanak ini (dunia) sebagai wathan kita.
لسنا ندري مافرطنا فيها إلا لو قدمتنا
Kami tidak mengetahui apa yang telah kami lewatkan di dalam dunia ini kecuali setelah nanti kami mati.
Kemudian Harits bertanya: “Apakah orang-orang Nasrani mengetahui makna tersebut?”
Imam menjawab: “Jika mereka mengetahuinya, maka mereka tidak akan menjadikan Isa as sebagai Tuhan.”
Harits berkata: “Kemudian aku pergi menjumpai pendeta itu dan bertanya kepadanya: “Demi al-Masih, mengapa anda membunyikan lonceng itu, apa alasan anda memukul lonceng tersebut?”
Dia menjawab: “Saya hanya memegangnya kemudian memukulnya?”
Kemudian kami bercakap-cakap sampai pada topik di atas.
Dia berkata: “Demi Nabimu… Siapakah yang telah memberitahumu tentang masalah ini?”
Saya menjawab: “Dia adalah seorang laki-laki yang berjalan bersamaku.”
Pendeta bertanya: “Apakah antara dia dan Nabi ada hubungan kekerabatan?”
Saya menjawab: “Dia adalah putra pamannya.”
Pendeta berkata: “Demi kebenaran Nabimu, aku telah mendengarnya dari Nabimu bersabda.
Saya (Harits) berkata: Ya… Kemudian pendeta tersebut masuk Islam. Kemudian ia berkata kepadaku: “Demi Tuhan aku telah menemukan hal tersebut di dalam kitab Taurat.” Yang mengatakan bahwa akan datang Nabi terakhir dan dialah yang akan menafsirkan apa yang dikatakan oleh lonceng gereja itu.” [1]
[1] – Amali Syekh Shaduq, Majlis ke empat puluh, hal 226
– Irsyadul ‘Uqul, jilid 2, hal 374.
Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa aali Muhammad wa ‘ajjil farajahum