5 – Sabth ibnu Jauzi di dalam kitab Tadzkirah menulis: dikatakan bahwasanya imam Ridha as pergi ke pemandian, kemudian beliau keluar. Dan pada saat itu satu nampan anggur beracun yang telah diracuni melalui jarum suntik dan secara lahiriah dan kasat mata tidak terlihat, diberikan kepada imam Ridha as. Dan imam Ridha as memakan anggur tersebut, dan meninggal dunia. Pada waktu itu beliau berusia 55 tahun.
Abul Faraj Ishfahani dan Syekh Mufid ra, menulis: Imam Ridha as menyukai anggur, Musuh-musuh menyediakan anggur, dan ditempat bagian bawah kayu yang menempel dengan biji-biji anggur diletakkah jarum-jarum yang telah beracun. Beberapa hari jarum-jarun tersebut berada di tempat itu. Kemudian anggur-anggur tersebut dibawakan untuk imam Ridha pada saat imam Jatuh sakit, dan imam memakannya dan terkena racun dan terbunuh. Muhammad bin Jahm mengatakan: “Racun ini adalah racun yang tersembunyi dan sangat tepat serta teliti.”
PERISTIWA DETIK-DETIK TERAKHIR UMUR IMAM RIDHA AS
Diriwayatkan dari Yashir Khadim: Pada saat hari terakhir meninggalnya imam Ridha as telah tiba, pada hari itu Imam as sangat lemah. Setelah beliau melaksanakan shalat Zhuhurnya, beliau berkata kepadaku: Apakah orang-orang (budak-budak dan para pembantu) telah makan?
Saya menjawab: Tuanku, selama anda berada dalam keadaan demikian, di sini siapa yang bisa makan? Imam as bangun dan duduk kemudian berkata: “Bawakan hidangan makanan, hidangan makanan telah dibawakan dan imam as mempersilahkan seluruh pembantu duduk di sisi hidangan itu dan menyantuni dan menghibur mareka satu persatu. Ketika semua telah makan, Imam berkata: bawakan juga makanan untuk para wanita. Mereka pun membawakan makanan untuk para wanita. Setalah semua makan, Imam as menjadi lemas tak berdaya dan tidak sadarkan diri. Suara tangisan dan teriakan terdengar, budak-budak perempuan dan para wanita Makmun berdatangan dengan kepala dan kaki telanjang. Di kota Thus terdengar suara tangisan dan teriakan, Makmun datang dengan kaki telanjang dan ia memegang jambangnya dan menampakkan wajah kesedihan dan menangis. Butiran-butiran air mata mengalir dari kedua matanya. Ia mendatangi tempat pembaringan imam Ridha as dan berdiri. Imam Ridha as siuman, Makmun berkata:
“Wahai tuanku, demi Tuhan. Saya tidak tahu yang mana dari kedua musibah ini lebih besar bagi diriku. Perpisahan dengan anda atau tuduhan masyarakat terhadapku bahwa aku telah berbuat makar terhadapmu dan membunuhmu dengan licik.”
Imam Ridha as memandang kepadanya dan berkata: Wahai amirul mukminin, berlakulah baik terhadap Abu Jakfar putraku imam Jawad as. Karena usiamu dan usianya demikian. Dan pada saat mengucapkan perkataan ini Imam as menempelkan kedua ibu jarinya.[3]
Ketika malam telah tiba, dan setelah melewati sebagian dari malam, Imam Ridha as menjawab panggilan Tuhan. Dan kata-kata terakhirnya adalah dua ayat berikut:
قُل لَّوْ كُنتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ
“Katakanlah (Muhammad), Meskipun kamu ada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”[4]
وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَّقْدُورًا
“Dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.”[5]
PEMAKAMAN DI MALAM HARI DAN KEMAZHLUMAN IMAM RIDHA AS
Ketika malam itu telah berubah menjadi pagi, masyarakat berdatangan dan berkumpul. Mereka mengatakan: Makmun telah membunuh imam Ridha as dengan licik. Mereka berteriak-teriak: Makmun telah membunuh putra Rasulullah. Dan banyak perdebatan dan perbincangan tentang masalah ini. Dan mereka menuntut masalah ini dengan serius.