PERISTIWA KESYAHIDAN IMAM RIDHA AS DAN SEBAB-SEBABNYA

PERISTIWA KESYAHIDAN IMAM RIDHA AS DAN SEBAB-SEBABNYA

3 – Bazanthi mengatakan: “Saya membaca surat imam Ridha as yang ditulis sendiri dengan tangan mulianya dimana sebagiannya beliau menulis:

أبلغ شيعتي أنّ زيارتي تعدل عند الله ألف حجة وألف عمرة متقبلة كلها

“Sampaikan kepada Syi’ah-Syi’ahku bahwasanya pahala ziarah kepadaku di sisi Allah sama dengan pahala seribu haji dan seribu umrah dimana keduanya telah diterima.”

Bazanthi mengatakan: “Saya bertanya kepada imam Jawad as: Seribu haji?”

Dalam menjawab imam berkata:

 إي والله ألف حجة وألف حجة لمن زاره عارفاً بحقه

“Ya… Demi Tuhan dan bahkan pahala seribu seribu haji bagi orang yang menziarahinya dengan makrifah dan mengetahui hak-haknya.”[8]

4 – Imam Ridha as mengatakan:

…من زارني علي بعد داري ومزاري أتيته يوم القيامة في ثلاثة مواطن

“Barang siapa menziarahiku dalam keadaan antara rumah dan makam (kuburku) berjauhan, maka pada hari kiamat aku akan mendatanginya di tiga tempat untuk kuselamatkan dari rasa ketakutan-ketakutan (yang dialami umat manusia di ketiga tempat tersebut):1- Ketika buku amalnya bergerak ke kiri dan ke kanan, 2- Di depan Jembatan penyebrangan (Shiroth), 3- Di samping timbangan (Mizan).”

5 – Imam Hadi as mengatakan: Barang siapa memiliki hajat di sisi Allah, Setiap kali ia menziarahi kubur kakekku hadhrat Ridha as di Thus, dan ia melakukan Mandi Sunnah, dan melakukan shalat dua rakaat di bagian atas kepala makam, maka Tuhan akan mengabulkan doanya, selama doanya bukan sebuah dosa dan maksiat atau memutus silaturohim. Karena tempat makam kakekku adalah salah satu makam di pemakaman Surga. Tak seorang Mukminpun yang menziarahinya kecuali Allah akan membebaskannya dari api neraka dan memberinya tempat di Surga.”

 

BACA JUGA:  SELAYANG PANDANG IMAM ALI BIN MUSA AL-RIDHA AS

[1] – Dari riwayat-riwayat ini bisa disimpulkan bahwa imam Ridha as di perjalanan Makmun ke Baghdad dan disertai Makmun, di tengah perjalanan jatuh sakit dengan alasan dan sebab-sebab yang tidak jelas, dan kembali ke Thus. Dan di Thus sakit imam Ridha as semakin parah. Dan menurut riwayat terakhir di atas (yang di nukil di dalam kitab Muntahal Aamal jilid 2 hal 206), imam Ridha as meninggal dunia di Thus (Penerjemah bahsa Parsi).

[2] – Maksudnya adalah papan yang diberikan oleh hadhrat Zahra as kepada Jabir Anshari. Dan papan itu diserahkan kepada imam Baqir as. Dan di dalamnya terdapat nama Imam-Imam as dan sifat-sifat mereka. (Teks dari papan tersebut dinukil di dalam kitab Ushul Kafi, cetakan Akhundi, jilid 1, halaman 527)

[3] – Lahiriahnya maksudnya adalah Anda beberapa tahun akan hidup berdekatan dengannya. Dan kalian berdua akan mati dalam waktu yang berdekatan. Mengingat imam Jawad as meninggal pada tahun 220 hijriah sedangkan Makmun menininggal pada tahun 218 hijriah (penerjemah bahasa Parsi)

[4] – Serat Ali’Imran/154

[5] – Surat Ahzab/38

[6] – Ulama Syiah dan Sunni berbeda pandangan: Apakah Makmun adalah pembunuh imam Ridha as atau tidak? Bahkan beliau meninggal karena kehendak Tuhan (Wafat secara normal). Allamah majlisi setelah sebuah penjelasan mengatakan: yang benar adalah pandangan marhum Syekh Shaduq dan Syekh Mufid dan para ulama besar Syiah. Bahwasanya imam Ridha as Syahid akibat racun yang diberikan Makmun kepada beliau.(Biharul Anwar, jilid 49, hal 313. Penerjemah bahasa parsi)

[7] – Dua orang dokter pada masa itu, yang diberi nama Bakhtisyuk salah satu dari mereka adalah Bakhtisyuk besar dimana ia merupakan dokter pribadi Harun yang sudah dikenal kemahirannya. Orang-orang sakit berdatangan dari daerah sekitarnya. Sebelumnya ia tinggal di Jandi Syapur. Dan Kata Bakhtisyuk adalah bermakna Hambanya Isa.

BACA JUGA:  PERISTIWA GHADIR KHUM

Yang lainnya adalah Bakhtisyuk kecil ia adalah putra Jibrail bin Bakhtisyuk Kabir (besar) dan hidup pada jaman Mutawakil Abasi (khalifah Abasi yang ke sepuluh)

Namun Ibnu Masiwaih empat orang dokter memiliki nama tersebut dan di riwayat di atas maksudnya adalah (Yuhanna) tabit ternama yang selalu mendampingi Makmun dan Muktashim dan kepercayaan Mutawakil. Ia meninggal pada tahun 243 h. Hanin bin Ishaq penerjemah kitab-kitab Baqrath dan Jalinus dari bahasa Yunani ke bahawa Arab adalah salah satu muridnya.

[8] – Dari bagian ini terlihat jelas bahwasanya perbedaan di dalam penyebutah pahala, berdasarkan perbedaan sosok dan derajat keikhlasan dan makrifah serta takwa dan lain sebagainya. (dengan demikian tidak ada pertentangan diantara riwaat-riwayat ini. (penulis).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Copyright © 2019, Mulla Shadra Hasan Abu Ammar ra