TERAGEDI KESYAHIDAN HADHRAT FATHIMAH AS

10 – PAHALA MENGUCAPKAN SALAM KEPADA RASULULLAH SAWW DAN FATHIMAH AS

Syekh Thusi ra menukil dari Yazid bin Abdul Malik, dan ia menukil dari ayahnya dari kakeknya yang mengatakan: “Saya mendatangi hadhrat Fathimah as dan beliau mengucapkan salam. Kemudian beliau berkata: “Mengapa pagi-pagi anda datang kemari?” Aku menjawab: “Saya datang untuk mendapatkan berkah dari rumah anda.”

Beliau berkata: “Ayahku memberi tahuku bahwa barang siapa memberi salam kepadanya dan kepadaku selama tiga hari, Allah akan mewajibkan Surga baginya.”

Saya berkata: “Apakah pahala ini dimiliki ketika memberi salam pada saat Rasulullah saw dan anda dalam keadaan masih hidup, atau juga meliputi setelah meninggal?”

Beliau menjawab: “Pahala ini akan dimiliki pada saat masih hidup dan setelahnya.”

Di dalam kitab Biharul Anwar diriwayatkan dari kitab Mishbahul Anwar, dimana imam Ali as berkata: “Fathimah as meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda kepadaku”:

مَنْ صَلّى عَلَيْكِ غَفَرَ اللهُ لَهُ وَالحَقَّهُ بِي حَيْثُ كُنْتُ مِنَ الْجَنَّةِ

“Barang siapa mengirimkan Shalawat atasmu, maka Allah akan mengampuninya dan Ia akan menggabungkannya denganku di surga.”

 

 

 

 

 

[1] – Sebagian mengatakan: Beliau syahid 75 hari setelah wafat Rasulullah saw, Sebagian lagi meriwayatkan bahwa hadhrat Fathimah as syahid empat bulan setelah wafat Nabi saw. Dan juga terdapat pandangan lain yang tidak menjadi perhatian orang-orang Syiah

[2] – Asma’ putri ‘Umais Khats’ami seorang perempuan yang berhijrah Bersama suaminya (Ja’far Thayar) ke Habasyah. Setelah Ja’far, ia menikah dengan Abu Bakar. Dan setelah Abu Bakar ia menikah dengan imam Ali as dan Allah swt menganugerahi seorang putra yang diberi nama Yahya.

[3] – Amamah adalah putri Abu al-‘Ash bin Rabi’. Rasulullah saw sangat menyukainya, dimana ia adalah putri dari putrinya yang bernama Zainab. Imam Ali as sesuai wasiat hadhrat Fathimah as, menikah dengannya dan dianugerahi seorang putra yang diberi nama Muhammad, yang kemudian syahid di Karbala. Setelah kesyahidan imam Ali as, Muawiyah melamarnya dan ia menolak lamaran tersebut. Dan menikah dengan Mughairah bin Naufel, salah satu pengikut dan sahabat imam Ali as. Dan pada akhirnya meninggal pada tahun 50 hijriah (disadur dari kitab Riyahinu al-Syari’ah, jilid 3, hal 350).

BACA JUGA:  KEUTAMAAN AMIRUL MUKMININ ALI as

[4] – Sepertinya yang dimaksud Abu Rofi’ adalah budak Rasulullah yang sudah dibebaskan. Pada saat itu ia membawa berita gembira tentang masuk Islamnya Abbas (paman Nabi saw) kepada Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw membebaskannya.

[5] Ungkapan ini terdapat di dalam Nahjul Balaghah khutbah 203.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Copyright © 2019, Mulla Shadra Hasan Abu Ammar ra