TERAGEDI KESYAHIDAN HADHRAT FATHIMAH AS

Fathimah berkata: “Wahai putra paman Rasulullah, Semoga Allah menganugerahimu pahala terbaik dariku.” Kemudian hadhrat Fathimah berwasiat sebagai berikut:

  • Setelahku menikahlah dengan Amamah Putri saudariku Zainab.[3]
  • Sediakanlah untukku sebuah peti mati (yang sesuai dan menutupi tubuh)
  • Tak satupun dari orang-orang yang telah berbuat zhalim kepadaku dan telah merampas hak-hakku yang ikut serta dalam upacara penguburanku.
  • Tak satupun dari mereka yang telah berbuat zhalim kepadaku dan para pengikutnya diperbolehkan menshalati jenazahku.
  • Kuburkanlah jenazahku di malam hari, Ketika semua mata sedang terlelap tidur.

Di dalam kitab Mishbahul Anwar diriwayatkan oleh imam Shadiq as dikatakan: Ketika hadrat Fathimah as sedang melalui detik-detik terakhir dari usianya, beliau berwasiat kepada imam Ali as sebagai berikut: Ketika aku meninggal dunia

  • Anda sendiri yang harus memandikan dan mengkafani Jenazahku.
  • Anda sendir yang harus shalat atas jenazahku
  • Anda sendir yang harus menguburkan jenazahku secara tersembunyi dan mengatur lubang lahadku dan engkau harus menaburkan tanah di atas kuburku dan ratakanlah kuburku dengan tanah.
  • Kemudian duduklah di samping kepalaku di hadapan ku dan perbanyaklah membacakan al-Quran dan berdoa. Karena saat itu adalah saat-saat mayid membutuhkan kedekatan dengan orang-orang yang masih hidup. Dan aku menyerahkan dirimu kepada Tuhan.
  • Dan aku berwasiat kepadamu tentang anak-anakku, perlakukan mereka dengan baik.

Kemudian beliau memeluk putrinya (Ummu Kultsum) dan hadhrat Fathimah as berkata kepadanya: “Ketika anaknya sudah mencapai baligh, perabotan rumah adalah miliknya. Semoga Allah menjaganya.

Ketika hadhrat Fathimah meninggal dunia, imam Ali as melaksanakan seluruh wasiat beliau.

3 – TANGISAN HADHRAT FATHIMAH ATAS KEMAZHLUMAN IMAM ALI AS

Ketika imam Ali sampai kepembaringan hadhrat Fathimah as, Hadhrat Fathimah as menangis. Imam Ali as bertanya: “Wahai tuan putri, apa yang membuat anda menangis:”

BACA JUGA:  SEBUAH SURAT YANG TAK PERNAH DITULIS

Hadhrat Fathimah menjawab: “Saya menangis karena mengingat musibah yang akan anda alami setelah kepergianku.”

Imam Ali benjawab: “Janganlah menangis. Demi Tuhan, Musibah ini ada di jalan Tuhan dan untuk Tuhan jadi, mushibah tersebut kecil dan tidak apa-apanya bagiku.”

4- DETIK-DETIK MENYEDIHKAN KESYAHIDAN HADHRAT FATHIMAH AS:

Ummu Salma istri Abu Rofi’[4] mengatakan: Ketika hadhrat Fathimah as berada dalam keadaan sakit yang membuat beliau meninggal dunia, saya merawat beliau. Pada suatu hari di pagi hari imam Ali as keluar rumah. Dan saya berusaha menghibur dan menenangkan kesedihan pasienku itu. Beliau berkata kepadaku. “Sediakan air untukku, aku ingin mandi.” setelah aku menyediakan air, beliau bangkit dan kemudian mandi dengan sangat baik, Kemudian beliau mengenakan baju barunya. Kemudia bersabda kepadaku: “Saya akan meninggalkan dunia ini. Dan saya telah mandi maka itu tak seorangpun boleh melepas bajuku. Kemudian beliau meletakkan kedua tangannya di wajahnya dan meninggal dunia. Shalawatullah ‘alaiha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Copyright © 2019, Mulla Shadra Hasan Abu Ammar ra