Kemudian aku mengangkat Hasan dan Husein as dari dada ibu mereka.
Diriwayatkan: Kastir bin Abbas menulis di kafan hadhrat Zahra as sebagai berikut:
تَشْهَدُ أنَّ لَا إله إلّا الله وأَنّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ
“Fathimah bersaksi atas keEsaan Tuhan dan Bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah.”
8 – ORANG-ORANG YANG IKUT DALAM UPACARA PENGUBURAN HADHRAT ZAHRA AS
Ketika semua mata tengah terlelap tidur dan telah lewat tengah malam, Imam Ali as, imam Hasan as, imam Husein as, Ammar Yasir, Miqdad, ‘Aqil, Zubair, Abu Dzar, Salman, Buraidah dan beberapa orang khusus dari bani Hasyim membawa Jenazah hadhrat Zahra as keluar rumah. Dan mereka menshalati jenazah hadhrat Zahra as kemudian mereka menguburkan hadhrat Zahra as di kegelapan malam.
Imam Ali as membuat tujuh kuburan lain di sekitar kuburan hadhrat Zahra as supaya tak seorangpu yang mengetahui kuburan hadhrat Zahra as (Menurut Riwayat yang lain dikatakan bahwa imam Ali as membuat empat puluh kuburan lain di pekuburan Baqi’).
Diriwayatkan: Ketika imam Ali as menguburkan hadhrat Zahra as, tanah kuburan dibuat rata dengan tanah sekitarnya, dan membersihkan kedua tangannya dari pasir dan tanah;
هَاجَ بِهِ الْحُزْنُ فَارْسَلَ دُمُوعَهُ عَلى خَدَّيْهِ
Perasaannya yang dipenuhi kesedihan telah mendidih dan mencapai puncaknya. Air matanya mengalir di kedua pipinya [Seakan-akan beliau tidak sadar dan tidak mampu mengendalikan dirinya. Beliau melihat makam Rasulullah saw dan setelah mengucapkan salam, beliau menumpahkan dan mencurahkan isi hatinya].
9 – UCAPAN SALAM MEMILUKAN IMAM ALI AS KEPADA RASULULLAH SAWW
Imam Ali as setelah meguburkan hadhrat Zahra’ as dalam keadaan air mata mengalir menghadap ke makam Nabi saw dan berkata:
…السّلَامُ عَلَيكَ يَا رَسولُ اللهِ عَنِّي وَعَن إبْنَتُكَ النَّازلَةِ فِي جَوَارِكَ وَالشَّرَايِعَكَ اللِّحَاقِ بِكَ، قُلْ يَا رَسُولُ اللهِ تَجَلُّدي إِلَّا أَنَّ فِي النَّأَسِّي لِي بِعَظِيمِ فُرْقَتِكَ وَفَادِجِ مِصِيبَتِكَ مَوضِعَ تَعِزٍّ
“Salam atasmu ya Rasulullah saw dari diriku dan putrimu dimana saat ini sedang turun disisimu dan cepat sekali ia bergabung denganmu. Ya Rasulullah, kesabaranku telah berkurang dan kekuatanku telah hilang lenyap karena berpisah dengan putri pilihanmu. Namun setelah menghadapi tragedi besar dan agung ke pergianmu, semua musibah yang aku alami, menjadi kecil. Saya tidak akan pernah lupa bahwa aku sendiri yang telah meletakkan jenazahmu ke dalam kubur. Ketika engkau meninggal dunia kepalamu berada di dalam pelukanku dan jiwamu terbang. Innaalillaahi wa innailaihi rojiun”
“Ya Rasulullah, Anda menyerahkan amanat kepadaku, kini amanat tersebut sudah dikembalikan. Namun kesedihanku berkerusan, malam-malamku aku lalui dengan tak tidur sampai aku bergabung dengan dirimu. Tak lama lagi putrimu akan memberi tahumu bahwa umatmu telah sependapat bahu membahu dengan kezhaliman. Tanpa ditutup-tutupi tanyakanlah situasinya kepada putrimu, beginilah keadaannya. Sedangkan dari masa hidupmu belum terlalu lama. Dan kenanganmu belum hilang dari ingatan.
…والسَّلَام عَلَيكُمَا سَلَامَ مُوَدِّعٍ، لا قالٍ ولا سَئِمٍ فَاِنْصَرِفُ فلَا عَنْ مَلَالَةٍ، وإِنْ أُقِمْ فَلَا عَنْ سُوءِ ظَنٍّ بِمَا وَعَدَ اللهُ الصَّابِرِيْنَ
Salamku atas kalian berdua, salamnya orang yang terpisah, bukan salam yang tidak Bahagia dan hati yang lelah. Jika aku pergi dari sisi kalian bukan karena bosan dan Lelah. Dan jika aku tinggal di samping kuburanmu, bukan karena buruk sangka terhadap janji Allah terhadap orang-orang yang bersabar.[5]