Dari riwayat-riwayat yang dikeluarkan oleh para pemimpin madzhab kita bisa dipahami bahwa masalah mubahalah tidak dikhususkan untuk Rasulullah saww dan setiap umat Islam di dalam masalah madzhab bisa mengadakan mubahalah dengan para penentangnya. Dan cara bemubahalah telah dijelaskan di dalam kitab-kitab hadits. Untuk informasi yang lebih jelas, silahkan merujuk kepada tafsir “Nurus Tsaqalain”.[16]
Di dalam risalah hadhrat Ustadz Allamah Thabathabai, dijelaskan sebagai berikut: Mubahalah salah satu mukjizat Islam yang tersisa. Dan setiap individu yang beriman dan mengikuti pemimpin pertama Islam untuk membuktikan kebenaran Islam bisa mengadakan mubahalah dengan penentangnya dan memohon kepada Tuhan penguasa alam semesta untuk mengadzab dan menghukum penentang dan lawannya.[17]
[1]– Yaquut Humawi, di dalam Mukjamul Buldan jilid 5, hal 266-267, menjelaskan sebab-sebab kecondongan mereka ke agama Nashrani.
[2]– Uskup berasal dari bahasa Yunani (Apiskup) yang bermakna saingan dan pengawas) dan kini merupakan tanda sebuah kedudukan dan posisi keagamaan diatas pendeta.
[3]– Biharul Anwar, jilid 21, hal 285
[4] Biharul Anwar, jilid 21, hal 287
[5]– Sejarah Ya’qubi, jilid 2. Hal 66.
[6]– Sejarah Halabi, jilid 3/ hal 239.
[7]– Sejarah Halabi, jilid 3/ hal 239.
[8]– Ali ‘Imran/59
[9]– Biharul Anwar, jilid 21, hal 32, Namun dari ayat yang berhubungan dengan Mubahalah dan dari sejarah Halabi bisa dipahami bahwa Masalah Mubahalah Rasulullah sendiri yang mengusulkan. Sebagaimana yang di jelaskan di dalam kalimat: فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا .
[10]– Ali “Imran/ 61
[11]– Jilid 1 hal 282 dan 283
[12]– Mafatihul Ghaib, jilid 2, hal 471 dan 472
[13]– Jilid 2, hal 112
[14]– Di dalam sebagian riwayat dikatakah bahwa Rasulullah menggandeng tangan imam Hasan dan imam Husein as Dan imam Ali as berjalan di belakang Nabi saww dan Hadhrat Fathimah berjalan di belakang hadhrat Ali as (Biharul Anwar, jilid 21, hal 328
[15]– Para cendekiawan Syi’ah di dalam kitab “Iqbal” menukilkan bahwa pada hari Mubahalah banyak masyarakat dari kalangan Anshar dan Muhajirin datang sampai ke tempat dekat akan dilangsungkan ritual Mubahalah. Namun Rasulullah saww datang ke tempat Mubahalah dengan keempat orang tersebut. Dan di tempat berlangsungnya Mubahalah tidak ada orang lain dari umat Islam selain lima orang ini. Rasulullah memasuki tempat Mubahalah, beliau saww melepas abahnya dan menghamparkannya di atas dua pohon padang pasir yang berdekatan satu sama lain. Dan dengan kelompok lima orang tersebut yaitu orang-orang yang berangkat dari rumahnya, duduk di bawah bayang-bayang abaah itu. Dan mengajak rombongan utusan dari Najran untuk bermubahalah.
[16]– Jilid 1, hal 291-292
[17]– Di dalam riwayat-riwayat Islam tentang masalah ini juga telah dijelaskan diantaranya di dalam al-Kafi, jilid 2, Kitab doa, bab Mubahalah, halaaman 513-514.