MUBAHALAH

MUBAHALAH

Namun terpaksa aku juga harus mengingatkan tentang sesuatu, yaitu: Kita sering kali mendengar dari pemimpin agama kita bahwa suatu hari  maqom kenabian akan berpindah dari keturunan Ishaq kepada anaak cucu Ismail. Dan bukan tidak mungkin bahwa Muhammad yang merupakan anak cucu Ismail, adalah Nabi yang dijanjikan itu.

Majlis musyawarah memutuskan sekelompok orang pergi ke Madinah sebagai perwakian dari Najran untuk bertemu dan melihat Muhammad dari dekat dan menganalisa dan mempelajari tanda-tanda kenabiannya.

Dengan demikian dipilihlah enam puluh orang dari pribadi-pribadi dan sosok-sosok paling terkemuka dan paling berpendidikan diantara penduduk Najran, dimana tiga orang diantara mereka yang berada di puncak  teratas adalah toloh-tokoh keagamaan. Mereka adalah:

  • Abu Haritsah bin ‘Al-Qamah uskup agung Najran yang merupakan wakil resmi gereja-gereja Rumawi di Hijaz.
  • Abdul Masih, pemimpin rombongan perwakilan yang dikenal sebagai orang terpandai dan cerdas serta terampil.
  • Aiham, yang merupakan orang tertua dan terhitung sebagai salah seorang pribadi yang sangat dihormati di Najran.[5]

Rombongan perwakilan memasuki masjidun Nabi diwaktu ashar, mereka memakai pakaian mewah dari sutra dan mengenakan cincin dari emas serta makai kalung salib di leher. Mereka memberi salam kepada Rasulullah saww. Namun keadaan yang mengejutkan dan tidak layak mereka, apalagi di masjid, telah membuat Rasulullah saww sangat sedih. Mereka merasakan bahwa Nabi saww marah terhadap mereka. Namun mereka tidak mengetahui alasan kemarahan Nabi saww. Mereka segera menghubungi Utsman bin Affan dan Abdurahman bin Auf yang sudah mengenalnya dari sebelumnya. Dan menceritakan peristiwa itu kepada mereka. Mereka berpendapat bahwa jalan keluar masalah ini adalah Ali bin Abi Thalib. Ketika mereka menghubungi Amirul Mukminin as, imam Ali as dalam menjawab pertanyaan mereka berkata: “Kalian harus mengganti pakaian kalian, Datanglah menghadap Nabi dengan keadaan sederhana tanpa perhiasan apapun. Maka kalian akan dihormati dan dimuliyakan.

BACA JUGA:  PENGADILAN IMAM ALI AS

Para wakil-wakil Najran menghadap Nabi dengan pakaian sederhana tanpa cincin emas. Mereka mengucapkan salam. Dan Nabi menjawab salam mereka dengan penghormatan yang khas. Dan menerima sebagian hadiah-hadiah yang dibawa untuk beliau saww. Para wakil itu setelah melakukan perundingan dengan Nabi saww, mereka mengatakan bahwa telah masuk waktu shalat mereka. Rasulullah saww mengijinkan kepada mereka untuk melaksanakan shalat di masjid Madinah, mereka shalat dengan berdiri menghadap ke arah timur.[6]

DIALOG UTUSAN-UTUSAN NAJRAN

Beberapa orang dari penulis sejarah dan perawi hadits serta ahli sejarah islam menukilkan bunyi dan isi perjanjian para utusan Najran dengan Rasulullah saww.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Copyright © 2019, Mulla Shadra Hasan Abu Ammar ra