Para pemimpin rombongan sedang berbincang-bincang, tiba-tiba nampak wajah bercahaya Nabi saww dengan empat orang lainnya. Dimana tiga orang diantara mereka adalah cabang-cabang dari pohon (syajarah) keberadaannya. Semua tertegun dan terpana memandang satu sama lainnya. Dan mereka menggigit jari karena beliau saww membawa belahan jiwanya yang suci dan makshum dan tak berdosa dan putri tunggalnya ke medan mubahalah.
Mereka menyaksikan bahwa Nabi saww memiliki keyakinan yang sempurna terhadap ajakan dan doanya. Jika tidak, seorang yang ragu tidak akan menempatkan orang-orang tercintanya ke dalam bahaya dan adzab Tuhan.
Uskup Najran berkaa: “Saya melihat wajah-wajah jika ia mengulurkan tangannya ke langit untuk berdoa dan memohon kepada Tuhan untuk mengangkat gunung terbesarpun, maka gunung tersebut akan segera terlepas dari tempatnya. Dengan demikian sangat tidak benar kta bermubahalah dengan wajah-wajah bercahaya dan orang-orang berfadhilah. Karena tidak mustahil kita semua akan binasa. Dan mungkin akibat dari adzab tersebut akan tersebar dan seluruh orang-orang mashihi di muka bumi ini pun akan binasa dan tak seorang mashihipun yang tersisa di dunia ini. Mereka menyadari bahwa Rasulullah saww memiliki keyakinan yang tinggi terhadap dakwah dan doanya. Jika tidak seorang yang ragu tidak akan menempatkan orang-orang tercintanya berada dalam bahaya bala’ dari langit dan adzab Tuhan.
Uskup Najran berkata: “Saya melihat wajah-wajah yang jika mereka mengangkat tangan untuk berdoa dan memohon kepada Tuhan supaya gunung terbesarpun terlepas dari tempatnya, maka gunung itu akan segera terlepas. Dengan demikian sama sekali tidak dibenarkan kita mengadakan mubahalah dengan wajah bercahaya dan manusia-manusia sempurna ini. Karena tidak mustahil kita semua akan binasa dan bisa jadi adzab tersebut akan berbuntut panjang dan meliputi seluruh orang-orang masihi (Nashrani) dunia sehingga tidak sersisa seorang krestenpu di muka bumi.”[15]
PARA UTUSAN NAJRAN MENGURUNGKAN MUBAHALAH
Rombongan para utusan dengan menyaksikan situasi yang as, mengadakan musyawarah dan keputusan telah disepakati bahwa mereka tidak akan meneruskan mubahalah. Dan mereka bersedia untuk membayar sejumlah upeti setiap tahun dan sebagai gantinya pemerintahan Islam akan membela jiwa dan harta benda mereka. Rasulullah menyatakan kerelaannya. Dan disepakati mereka akan mendapatkan fasilitas pemerintahan Islam segabai ganti dari jaziya (upeti) yang mereka bayarkan. Kemudian Rasulullah saww bersabda: “Adzab, bayangan buruknya telah membayangi rombongan utusan masyarakat Najran. Dan jika mereka melanjutkan ritual saling kutuk dan mubahalah, mereka akan kehilangan bentuk manusianya dan mereka akan terbakar di dalam api yang menyala di padang pasir buntut adzab tersebut juga akan meliputi masyarakat Najran.
Dinukil dari Aisyah: “ Pada hari mubahalah, Rasulullah saww memasukkah empat orang yang menyertainya ke dalam aba’ah berwarna hitam. Dan beliau membaca ayat ini:
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
Kemudian Zamakhsyari menjelaskan poin-poin ayat mubahalah dan di akhir pembahasan beliau menulis: “Biografi mubahalah dan maksud dari ayat ini merupakan saksi terbesar bagi keutamaan Ashabul Kisak dan bukti hidupatas kebenaran agama Islam.”