HARI MAB’ATS

HARI MAB’ATS

Sebelum mencapai maqom kenabian, beliau senantiasa memikirkan dua hal yaitu:

Yang pertama beliau merenungkan tentang penciptaan langit dan bumi. Pada setiap maujud atau keberadaan, beliau menyaksikan Cahaya Tuhan, Kekuasaan Tuhan dan Ilmu Tuhan. Dan dengan cara ini banyak rahasia ghaib terbentang di hadapannya.

Yang ke dua, beliau merenungkan kewajiban dan tanggung jawab yang besar dan berat yang akan dipikulnya. Membenahi masyarakat saat itu yang dipenuhi kefasadan dan telah turun temurun menurutnya bukan hal yang mustahil. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak akan hampa dari kesulitan dan penderitaan. Karena beliau menyaksikan kefasadan kehidupan orang-orang Mekah dan kebrutalan Quraisy. Dan beliau senantiasa memikirkan cara memperbaiki mereka. Beliau sangat menyesalkan penyembahan dan rasa tunduk merekan kepada patung-patung tak bernyawa dan tak punya kehendak. Dan diwajahnya nampak kesedihan dan penyesalan tersebut. Tetapi selama tidak ada perintah untuk membuka mulut, beliau tidak melakukan pencencegahan terhadap masyarakat.

PERMULAAN TURUNNYA WAHYU

Sesosok Malaikat diperintah Tuhan untuk membacakan beberapa ayat sebagai tanda permulaan kitab hidayah dan sa’adah kepada nabi besar Muhammad saww. Sehingga ia mendapat kebanggan sebagai pembuka kenabian. Malaikat itu adalah Jibril dan hari itu adalah hari mab’ats yaitu hari pengangkatan nabi Muhammad saww menjadi Nabi dan Rasul.

Tidak diragukan bahwa berhadapan dengan malaikat memerlukan persiapan yang khusus. Selama jiwa seseorang belum kuat dan besar, tidak akan mampu memikul beratnya maqom kenabian dan berjumpa dengan malaikat Jibril. Nabi besar Muhammad mendapatkan persiapan ini melalui ibadah-ibadah yang panjang dan perenungan yang berketerusan serta inayah Tuhan yang selalu menyelimutinya. Menurut para ahli sejarah, sebelum hari mab’ats Nabi saww sering bermimpi dimana mimpi-mimpi tersebut memiliki hakikat dan nyata sangat jelas dan terang bagaikan siang hari[1]

BACA JUGA:  TERAGEDI KESYAHIDAN HADHRAT FATHIMAH AS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Copyright © 2019, Mulla Shadra Hasan Abu Ammar ra