Mereka menelusuri Lorong-lorong Karbala sampai akhirnya sampai di luar kota Karbala. Mereka sampai disebuah gubuk. Di depan pintu gubuk itu ia berkata: “Disini adalah rumahku. Besok pagi setelah terbit fajar, anda dan saya akan bertemu di sini.” Kemudian ia masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.
Marhum syekh berkata: “Saya keheranan. Ya Tuhan anak muda ini akan menyampaikan masalah apa kepadaku? Sehingga ia menunda sampai besok pagi. Mengapa tidak disampaikan hari ini?”
“Pelajaran yang akan di berikan kepadaku dan akan menyelamatkan kehidupanku dimasa yang akan datang? Apakah masalah maknawiyah, bisa jadi pelajaran, mungkin juga pesan-pesan.” Syekh berkata: “saya menghitung detik-detik pertemuan itu. Hari itupun telah berlalu. Sampailah ke esokan hari dan terbit fajar. Saya pergi keluar kota Karbala dan mendatangi rumah tersebut. Saya sampai dibalik pintu, Ketika aku hendak mengetuk pintu aku mendengar rintihan seorang wanita tua dari dalam rumah dan memanggil-manggil: “Waladi… Waladi… (Putraku… putraku…)
Saya mengetuk pintu, saya melihat seorang wanita tua dengan berlinangan air mata membuka pintu. Saya berkata: “Nyonya, kemaren pada saat terbit fajar, seorang anak muda memasuki rumah ini. Dan dia berkata: “Ini adalah rumahku. Dan ia memberikan waktu kepadaku untuk menemuinya. Dimanakan tuan muda itu?”
Wanita tua itu berkata: “Dia adalah putraku, baru saja ia meninggal duni.”
Saya masuk rumah itu. Saya melihat kedua kaki anak muda itu mengarah ke arah kiblat dan badannya masih hangat.”
Saya berkata: “Aduuuuh sangat disesalkan saya datang terlambat.”
Suatu hari Haji Syekh menceritakan kisah ini di dalam kelas Bahtsul Harij di Qom, kenangan masa muda dan kemudian beliau berkata: “Pelajaran yang disampaikan oleh anak muda besar dan sempurna dari imam Husein as itu adalah pelajaran pengamalan dan praktek.”
Hari sebelumnya ia berkata kepadaku: “Tuan, Serbanku adalah pinjaman, aba’ahku juga pinjaman.” Ke esokan harinya di depan kedua mataku ia meletakkan aba’ah dan serbannya dan ia pergi.
Ia hendak mengatakan kepadaku: “Syekh Abdul Karim Haeri! Marja’iyah (Posisi marjak) adalah pinjaman, kepemimpinan adalah pinjaman, rumah-rumah kalian adalah pinjaman, uang di rekening kalian adalah pinjaman, Kesehatan kalian adalah pinjaman, segala sesuatu yang kalian lihat adalah pinjaman dan amanah. Jangan terikat kepada pinjaman-pinjaman ini. Karena pinjaman-pinjaman ini akan diambil dari kalian dengan dibawa oleh peristiwa-peristiwa atau oleh pewaris.