Pada Rabu, 7 April 2021, tepat pukul 19.00 WIB acara Haul ke-3 Hujjatul Islam wal Muslimin Hasan Abu Ammar ra dilaksanakan dengan mengundang kaum muslimin dari berbagai kalangan para pecinta Ahlulbait Nabi SAW.
Acara Haul ini untuk yang pertamakalinya dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Microsoft Teams, diikuti dengan syahdu. Acara ini dipimpin oleh salah satu murid almarhum yang telah puluhan tahun mengikuti kajian-kajian almarhum, yakni saudara Bande Husein Yulianto yang memandu acara Haul ke-3 ini dengan baik dan dapat berjalan sukses.
Para pembicara di acara Haul ke-3 kali ini adalah Ustadz Miftah Fauzi Rahmat, MA (Sekretaris Dewan Syura’ IJABI yang juga putra Ulama Mazhab Ahlulbait as Indonesia yang baru beberapa bulan lalu berpulang ke rahmatullah, almarhum Ustadz Dr. Jalaluddin Rahmat ra) yang memaparkan kenangan dan kesaksiannya mengenai almarhum Ustadz Hasan Abu Ammar (begitulah beliau selalu dipangggil).
Ustadz Miftah Fauzi Rahmat menyampaikan tiga poin keutamaan dari almarhum Ustadz Hasan Abu Ammar ra, diantaranya:
- Almarhum adalah seorang pelajar agama (talabeh) asal Indonesia yang memiliki semangat belajar yang sangat tinggi dan telah menempuh jenjang demi jenjang pendidikan agama di jumhuriyah kota suci Qom. Selama lebih dari 30 tahun itu almarhum menghabiskan waktu-waktu belajarnya dengan sungguh-sungguh hingga mencapai jenjang tertinggi, yakni mengaji di kajian-kajian dimana para gurunya adalah para ulama senior, yakni para ulama Maroje’ (Ulama mujtahid mutlak yang dapat diikuti fatwanya oleh para muqalidnya) dan hal itu merupakan sebuah prestasi yang sulit ditandingi dan menjadi contoh yang positif untuk para talabeh asal Indonesia lainnya.
- Dalam menimba ilmunya hingga mencapai jenjang Mujtahid tersebut, almarhum dikatakan telah mencapai derajat keilmuan yang tertinggi dengan berbagai kesulitan di jalan dakwah, karena almarhum selain menjadi ‘alim juga mengajar kaum muslimin di Indonesia yang meskipun jauh dari fisik namun dengan memanfaatkan teknologi yang saat ini tersedia, almarhum bisa berdakwah dan mengajarkan berbagai bidang keilmuan Islam kepada para pecinta Keluarga Suci Nabi SAW
- Ketika kaum hartawan diuji dengan hartanya, maka para ‘alim ulama akan diuji dengan perbedaan pendapat, dan perbedaan pendapat di dunia ilmu pengetahuan adalah hal yang biasa dan menjadi rahmat, karena setiap alim ulama saling memberikan masukan dan almarhum menjadi contoh arus perubahan yang ada di Indonesia dengan berani mengemukakan pendapat beliau meskipun berbeda dari yang lainya, namun bagi almarhum perbedaan pendapat itu sebuah keniscayaan untuk mencapai kedewasaan ummat Islam yang akan menghadapi berbagai tantangan perubahan zaman di masa depan
- Di akhir ceramahnya selama 30 menit tersebut, Ustadz Miftah kembali mengutip sabda Nabi SAWW tentang keutamaan para pencari ilmu, “Sungguh para malaikat rahmat menghamparkan sayap-sayapnya untuk diinjak oleh para pencari ilmu.” Oleh karena itu, Ustadz Miftah berpesan agar kaum muda muslim menggencarkan gerakan menuntut ilmunya sejak usia belia, agar jejak yang telah ditinggalkan oleh almarhum Ustadz Hasan Abu Ammar dan para ulama pendahulunya dapat diteladani dan diikuti jejaknya demi jalan Ma’rifatullah, yakni jalan keluarga Nabi SAWW.
Ustadz Miftah pun mengungkapkan bahwa salah satu keutamaan dari Hujjatul Islam wal Muslimin Hasan Abu Ammar ra adalah dimana saat jenazah beliau yang mulia disholatkan di pekarangan haram Sayyidatina Fathimah Ma’shumah as, adik dari Imam ‘Ali Ridha as, dimana dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa ada keberkahan bagi seseorang yang mayatnya disholatkan di pekarangan salah satu keluarga Nabi SAWW yang disucikan.
Penceramah ke-2 adalah Ustadz Syamsunar Nurdin, Ph.D. Beliau adalah seorang doctor lulusan Qom yang kini mengajar ilmu filsafat dan irfan di tanah air. Secara garis besar, Ustadz Syamsunar memberikan kesaksian bahwa Ustadz Hasan Abu Ammar ra adalah sosok senior, ayah dan sahabat yang pengasih. Sering sekali almarhum membantu para keluarga talabeh untuk dapat berziarah ke makam suci keluarga Nabi SAWW di Karbala.
Di keseharian almarhum, tutur Ustadz Syamsunar, tidak ada hari tanpa mengkaji dan menggali kitab-kitab para ulama syi’ah dengan penelaahan yang seksama oleh almarhum. Pernah suatu kali beliau mengikuti kelas almarhum di Bahtsul Kharij, terilhat sekali kesungguhan dan ketekunan almarhum dalam belajar kepada ulama-ulama senior yang sangat menguasai berbagai bidang ilmu agama.
Di akhir kesaksiannya tentang almarhum, Ustadz Syamsunar menyampaikan kepada hadirin di acara haul untuk meniru keteladanan dari almarhum Hujjatul Islam Hasan Abu Ammar ra. Karena almarhum adalah satu dari sedikit sekali orang Indonesia yang sangat menguasai ilmu-ilmu agama Islam dengan berbagai cabangnya, dan meskipun almarhum ilmunya sudah sangat tinggi, namun almarhum tidak pernah menolak untuk mengajarkan pelajaran-pelajaran dasar yang dibutuhkan masyarakat. Itu yang sulit dicari tandinganya hingga saat ini. Almarhum adalah Ulama yang ikhlas mengabdi kepada Islam dan kaum muslimin dalam setiap keadaan.
Salah satu sifat almarhum yang paling menonjol adalah jika ada yang bertanya tentang suatu soalan, maka almarhum akan menjawabnya dengan jawaban yang komprehensif. Jadi tidak sekedar menjawab saja, melainkan jawabannya dicarikan berbagai referensi penjelasan agar yang bertanya terpuaskan. Dan almarhum menyusun buku seri tanya-jawab yang biasa beliau bertahun-tahun lakukan lewat bantuan murid-murid beliau, maka pada tanggal 1 Agustus 2017 terbitlah buku “Tanyalah Kalau Mau Barangkali Aku Dapat Membantu”, yakni 12 jilid seri tanya-jawab beliau dengan kaum muslimin via akun Sinar Agama di Facebook. Itulah keteladanan almarhum yang patut kita tiru dan amalkan untuk menyirami Islam di Indonesia ini agar benar-benar membawa rahmat bagi bangsa Indonesia tercinta.
Acara Haul ke-3 Hujjatul Islam wal Muslimin ra ini ditutup dengan tayangan puisi “Ruas-ruas bambu” Karya almarhum Ustadz Hasan Abu Ammar ra dan video prosesi penguburan almarhum yang terlebih dahulu disholatkan di halaman rumah suci keluarga Nabi SAWW yang diberkahi. Semoga kita semua dapat mengambil suri tauladan dari kehidupan mulia guru kita semua, Hujjatul Islam wal Muslimin Hasan Abu Ammar ra.
RUAS-RUAS BAMBU
Kuingin mengukir mata dengan penaku yang terbuka
Kuharap darimu Sang Sumber Mata dari Pulau Hijau, atau Bermuda?!
Agar Penaku tak jadi pusaka,
Karena kuingin ia jemput Paduka
Walau Sembahan ini tak sebekas tapak kaki Paduka
Oh Maula Junjungaku,
Mungkinkah kugapai derajat debu dan pasir
Yang diatasnya tapakmu kau ukir,
Atau bebatuan yang diatasnya kau meloncat,
Atau bambu-bambu titian yang diatasnya kau melintas
Oh Maula Junjunganku…
Berapa luas padang
Berapa jumlah batu dan ruas-ruas titian
Yang harus kau lewati
Yang harus kau loncati dan kau titi
Aku selalu bertanya
Manakah ruas akhir titian yang tergeletak pasrah?
Dan tengadah di depan kaki mubarakmu
Dan di sini, di dada ini….
Di antara tetes-tetes air mata ini
Di celah-celah langit malam,
Di depan Empat Belas Pintu Manusia Suci
Dan di dalam dekapan pena terbukaku ini, ku bermohon padamu
Agar kau jadikanku salah satu dari ruas-ruas bambu titianmu
Oh…Maulaku Junjunganku
Imam Mahdi maafkanlah aku
Kalau harapan itu…
Kalau mohonan itu…
Tak bijak dan terlalu lancang untuk si sahaya-durjana ini
Akhirnya, bagiku..
Ku kan puas dan lega bernafas
Kalau aku…
Tidak menjadi DURI dalam jalanmu….
–dari sahayamu–